Ketika nafas ini berhembus, beginilah aku mengerti kehidupan! Dan apa
yang kau katakana bahagia, derita, duka, cita, susah, senang, aku
kurang faham dengan semua itu. Yang aku tahu semua ini berjalan dengan
fitrah.
Fitrah yang dianugrahkan kepadaku, kepadamu,
kepada kita dan kepada mereka semua yang merasakan hal yang sama. Sebuah
realitas yang tidak bisa direfleksikan dalam bias angan yang tetap saja
begitu, terbata-bata.
Dan bila telah dibentangkan
segalanya, aku merasa hilang dengan apa yang tak pernah kau cari.
Berkali-kali ku tanya, tapi kau tetap diam dalam firasatku, menyatu
dengan kegelisahan.
Aku beradu disepanjang malam yang
datang, dan memaksaku untuk terus tersungkur pada apa yang telah anugrah
perjuangkan, sebentuk permata di sebaris tasbih yang mengalir dari
celah bibir yang bergetar.
Dan pada sebentuk jaring-jaring
berbingkai, aku sketsakan mimpi-mimpi yang kau anjurkan dari bias yang
ku pandang. Namun, pada akhirnya hingga sekarang aku hanya bisa menjamah
sesuatu itu yang ku kenal dengan ruang kekosongan.
…masih
belalu, aku terus berlalu dengan apa yang kurasakan dibalik tabir
penglihatan yang kau katakan itu damai yang tak ku rengkuh.
Begitulah
aku terus berlalu... men-sketasa mimpi-mimpi, mimpi-mimpi yang ku
fahami itu serangkaian doa yang aku semaikan di balik pembaringan
sepucuk hikayat keabadian.
Aku telah mengorbankan segala
lelah, jasmaniku, tampangku, dan segala bentuk yang aku tahu. Namun,
keabadian tetap menunggu akhirnya.
Ketika aku harus
berkata, aku tidak tahu apa itu yang namanya abjad, vocal, konsonan dan
ejaan, yang aku tahu, semuanya telah kufahami tanpa kau suguhkan
serangkaian kalimat penjelas seperti apa yang kau yakini, karena aku
meyakini semua telah aku tahu.
…dan, aku tak ‘kan pernah
lebur dengan penafsiran yang mewacanakanku ketika tabir-tabir telah
membalik semua fakta, dan realita telah malu dengan cemoohan yang
bersahaja, 24 tahun tahun aku tebas lautan, dan sekarang
aku menemukan mutiara itu ‘tuk kujadikan suatu, sebingkai yang kau sebut
itu, jalan yang panjang.
Kemudian aku gariskan
batas-batas yang aku inginkan, seperti apa yang kau lihat saat ini, + 25
cemtimeter di depan matamu, dan itu semua menyampaikan salamku di
hasratmu, menemukanku di bait-bait pada lembaran yang tercecer bersama
ruang lelah yang kita nanti-nanti. Entahlah..!!! Sampai kapan optimisme
ini masih dirangkul Tuhan!?
Tuhan yang selalu merebahkan
kalimatnya; kamu masih punya hati, dan rasakanlah segalanya apa yang
terpentas dan kau agungkan dari nikmatku yang kau peluk dihatimu.
Namun
ku harus tetap mengurai lembaran-lembaran ‘tuk memahami apa yang di
pentaskan kehidupan, ya..!!! percayalah, kehidpan itu bermisteri. Dan
aku tidak tahu, apakah aku termasuk orang yang beruntung setelah
menjadikan semuanya bersamamu, aku tidak tahu..!!
Bagaimana
menurutmu? Apakah kau punya penjelasan dengan wacana yang aku coba
paparkan dari sepenggal hikayat yang simetris dengan sejarah abad ini?
Bagaimana..!?
Aku telah persiapkan ruang sidang untukmu,
untuk memaparkan wacana deskriptif tentang kemajemukan misteri dari sisi
lain tentang kehidupan, ya..!! dari sisi lain, bukan dari tiga dimensi
yang semua silau di atas dataran redup yang membeku. Dan bukan pula dari
sisi yang tak bisa kau lihat, yang tak bisa kau raba, atau… apapun yang
tak ‘kau mampu. Mudah bukan!?
Ya..! demikianlah model
kehidupan yang ‘kan aku barterkan bersamamu, dengan bahagiamu, senyummu,
dan kerelaanmu yang ku agungkan karena ridhaNya yang telah merelakan
dan menjadikan segalanya begitu indah.
Seindah anugrah
yang telah aku bersamamu syukuri. Karena aku tahu, kita adalah makhluk
ya ng haus dengan anugrah itu, tapi kita tidaklah rakus..
…begitu
bukan!? ya..! memang begitu Tuhan menciptakan aku, entah dirimu. Kau
terjamahkan saja kalimatmu itu dan silahkan publikasikan di hatiku,
ya..!! disini medianya..
Kemudian perhatikanlah disetiap
peredaran yang telah berlalu, disana aku selipkan apa yang kau inginkan,
sebutir benih senyuman yang tak seorangpun sebelumnya telah memanen,
apalagi meneguk rasa manisnya…
Dengan basmalah.. ambil dan
peliharalah saat ini juga. Karena jika tidak, kau ‘kan selamanya tak
dapat merengkuh, meski rindu-rindu telah berdarah.
Selamanya
kau tetap begitu! Kecuali kau bisa melompat dan melangkahi nusantara
lalu kau berikan warna yang simetris dari setiap mimpi-mimpi yang kau
telah agendakan.
Dan cobalah kau senjakan hati, lalu
bertanya pada ilalang yang melambai, kepada siapa ia tersenyum!? Dan
bagaimana ia menjadikan malam begitu mengembirakan!?
Karena
aku telah berlapar ria di muara itu, dan aku amati setiap jelata yang
mengukir kekonyolan abadi, dari balik yang tak bertirai dan tidak
transparan, tetapi begitulah dapat dirasakan..
Tapi jangan
pernah kau katakana kehidupan ini adalah kekonyolan, karena aku
bukanlah sebuah hal yang konyol untuk dirimu.. aku adalah segalanya
dengan ridha Allah kepadamu, ya..! dengan demikianlah aku…
Dengan
demikianlah Tuhan mendeskripsikan wacana itu, dan kita siap-siap
mempresentasikannya pada mereka yang akan memungut suara-suara suci,
saat kita dengan rela mengigau…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari saling meninggalkan jejak agar memudahkan identifikasi untuk saya kunjungi balik.....
Tengkiyu....
Matur Suwunnnnnnnnnnn.........
Gumawooo........